FoxTech News, 17 September 2025 – Konsorsium investor asal Amerika Serikat, yang terdiri dari Oracle, Andreessen Horowitz, serta perusahaan ekuitas swasta Silver Lake, akan mengambil alih operasi TikTok di AS. Kesepakatan awal mengenai hal ini dijadwalkan untuk dibahas antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan pekan ini.
Mengutip Bloomberg, Rabu (17/9/2025), kesepakatan sementara ini diumumkan pada Senin (15/9/2025) waktu setempat, setelah berlangsungnya perundingan selama dua hari antara pejabat tinggi AS dan China di Madrid. Rencana tersebut akan membentuk TikTok versi AS, dengan Oracle, Andreessen, dan Silver Lake memiliki saham di perusahaan baru itu. Menurut sumber yang mengetahui proses negosiasi, kepemilikan ByteDance Ltd. atas TikTok akan dikurangi hingga di bawah 20%.
Langkah ini diambil untuk mematuhi Undang-Undang Keamanan Nasional AS yang berlaku sejak 2024, yang mengharuskan perusahaan asal Beijing tersebut melepaskan mayoritas sahamnya atau menghadapi larangan beroperasi di pasar Amerika. Jika kesepakatan mendapat persetujuan dari Trump dan Xi, maka TikTok dapat terus beroperasi di AS, sekaligus membantu meredakan ketegangan antara kedua negara.
Dalam perjanjian itu, Oracle juga tetap akan menjadi penyedia layanan cloud bagi TikTok di AS — sebuah bisnis yang menjadi salah satu sumber pendapatan stabil perusahaan yang berbasis di Austin, Texas. Sebelumnya, Oracle telah bekerja sama dengan TikTok dalam pengelolaan data pengguna di AS dan beberapa negara lain melalui proyek bernilai miliaran dolar bernama Project Texas.
Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai besaran kepemilikan saham masing-masing investor dalam perusahaan baru tersebut. Salah satu sumber menyebutkan bahwa Oracle hanya berencana mengambil porsi kecil. Pihak TikTok, Oracle, Andreessen, maupun Silver Lake belum memberikan pernyataan resmi terkait hal ini.
Trump juga memperpanjang tenggat waktu divestasi operasi TikTok di AS hingga 16 Desember untuk memberi waktu penyelesaian transaksi. Ini merupakan perpanjangan keempat sejak Januari, yang membuat larangan nasional sementara terhadap TikTok tertunda.
Sementara itu, nasib algoritma rekomendasi TikTok — yang menentukan konten sesuai preferensi pengguna — masih belum jelas. Menurut seorang pejabat China, ByteDance akan memberikan lisensi algoritma tersebut kepada entitas baru di AS, meskipun pihak AS belum memberikan penjelasan detail. Berdasarkan aturan yang berlaku, ByteDance tidak boleh memiliki kendali operasional, termasuk pada algoritma, setelah penjualan selesai.
Trump sebelumnya sempat menyatakan kepada wartawan bahwa ia telah memiliki kesepakatan dengan pihak China sebelum berangkat ke Inggris, namun ia enggan menyebutkan perusahaan yang terlibat. Perpanjangan yang berulang ini melebihi ketentuan hukum keamanan nasional 2024, yang seharusnya hanya memperbolehkan satu kali perpanjangan selama 90 hari. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai legalitas langkah yang diambil Trump, meskipun tantangan hukum dan politik terhadap kebijakan tersebut semakin melemah.
Bagi Trump, TikTok memiliki peran strategis dalam memperluas basis dukungan dari pemilih muda dan menjadi salah satu faktor keberhasilannya dalam pemilu November lalu. Dengan perpanjangan ini, TikTok tetap dapat diakses di AS, termasuk melalui toko aplikasi Apple Inc. dan Google milik Alphabet Inc., sambil menunggu penyelesaian proses divestasi kepada pemilik non-China.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa kesepakatan ini mirip dengan perjanjian komersial yang dinegosiasikan pada awal tahun. Ia juga optimistis Trump dan Xi dapat mencapai kesepakatan pekan ini.
“Kesepakatan ini tidak akan tercapai tanpa perlindungan yang memadai untuk keamanan nasional AS. Namun, tampaknya kepentingan China juga bisa diakomodasi,” ujar Bessent.